Abu Dhabi Bangun Kota Netral Karbon Pertama di Dunia
- Minggu, 28 Maret 2010 | 22:10 WIB
Masdar-Abu Dhabi sedang membangun kota netral karbon pertama di dunia dan dirancang tidak saja bebas dari mobil dan pencakar langit tetapi juga menggunakan tenaga surya.
Sepintas bentang darat Abu Dhabi tampak seperti tempat yang tidak masuk akal untuk dibangun sebuah kota, apalagi kota berkesinambungan. Dengan tanahnya yang kering, satu-satunya cara agar bisa bertahan hidup di keemiratan ini adalah dengan dukungan teknologi maksimal.
Namun keistimewaan Masdar -bila sukses nanti- terletak pada kombinasi teknologi abad ke-21 dan arsitek gaya tradisional padang pasir. Kota yang sedang dibangun ini bisa menampung sekitar 50.000 orang, sedikitnya, 1.000 usaha dan satu universitas.
Proyek dengan biaya antara US$ 15-30 miliar itu dirancang oleh perusahaan arsitek Inggris Foster and Partners, dan dibiaya oleh pemimpin Abu Dhabi Sheikh Khalifa bin Zayed Al Nahyan.
Para arsitek berusaha mengubah tenaga surya sebagai ancaman terbesar di padang pasir menjadi aset terbesar di gurun. Mereka telah membangun ladang tenaga surya terbesar di kawasan Timur Tengah guna menerangi Masdar dan guna mengimbangi penggunaan bahan bakar solar dan pembakaran semen selama pembangunan berlangsung.
Insinyur dari berbagai negara merasa bangga dengan proyek mereka. Pembangunan ini lebih dari sekedar membangun proyek, tetapi sekaligus berfungsi sebagai laboratorium dan ada kemungkinan hasilnya tidak sesuai harapan.
Kepala arsitek Masdar Gerard Evenden menjelaskan tujuan pembangunan kota netral karbon. “Apa yang diciptakan di Abu Dhabi adalah energi terbarukan Silicon Valley,” kata Evenden.
Negara-negara Emirat mengalami pertumbuhan pembangunan luar biasa di dunia berkat penghasilan dari minyak dan dengan bantuan mesin pendingin, AC yang juga tergantung pada minyak untuk mengoperasikannya.
Namun Kota Masdar ditetapkan harus lebih sejuk dan rendah karbon. Salah satu pemecahannya tampak sekali ketika pengunjung tiba di kota yang dikelilingi tembok. Berbeda dengan kota Dubai atau Abu Dhabi, Masdar tersusun rapat seperti kota-kota kuno di dunia Arab.
Jalan-jalan sengaja dibuat sempit agar gedung-gedung yang ada saling menaungi. Tembok dan atap bangunan akan dibuat sedemikian rupa sehingga bisa melepas suhu panas.
Transportasi terkini
Transportasi terkini
Bagian depan yang vertikal dilengkapi dengan kasa yang tampak seperti lubang jala guna menghindari sinar matahari tetapi angin tetap bisa masuk.
“Teknologi tenaga bulan mulai mempengaruhi pemikiran kami,” kata kepala arsitek Masdar Gerard Evenden.
Mereka sedang mengadakan uji coba dengan menggunakan penutup permukaan kertas foil tipis, selimut gas atau vakum guna mencegah suhu panas masuk.
Guna menggerakan angin, mereka membangun menara kincir angin, sehingga angin bisa diarahkan ke jalan-jalan tanpa menggunakan tenaga. Mobil-mobil konvensional harus dititipkan di pintu gerbang kota dan pengunjung atau warga yang tinggal di sana bisa memilih mode transportasi paling tua dan paling baru.
Kota Masdar juga akan memiliki moda transportasi Personal Rapid Transit atau podcars. Kendaraan tanpa pengemudi ini dipandu oleh sensor magnetik yang digerakkan dengan tenaga surya dan kendaraan bisa berhenti secara otomatis bila mengalamai masalah.
Direktur proyek Masdar Kaled Awad mengatakan Masdar akan menjadi kota yang sehat.
“Kualitas udara akan lebih bagus dibanding jalan-jalan manapun di Teluk dan di dunia. Hal itu akan menciptakan keselamatan, kesehatan dan kebahagiaan,” kata Awad.bbc
Sumber: www.surya.co.id
Review
Tidak dapat kita pungkiri bahwa negara-negara di timur tengah yang mempunyai kekuatan ekonomi yang berasal dari pertambangan minyak bumi mempunyai penataan kota yang baik. Selain penataan kotanya, arsitektur bangunan kota yang megah juga menjadi bagian dari gambaran kota-kota di timur tengah. Tidak terkecuali dengan salah satu emirate pembentuk Negara Uni Emirat Arab yaitu Abu Dhaby. Kota yang terbentuk akibat adanya aktivitas pertambangan ini merupakan salah satu kota termahsyur di dunia. Selain itu, Abu Dhaby juga merupakan pusat pemerintahan dari Negara Uni Emirates Arab.
Kota Abu Dhaby berkembang pesat seiring dengan perkembangan ekonomi negara Uni Emirates Arab. Kota yang berpenghuni tidak lebih dari 1.000.000 jiwa pada tahun 2000 ini terbentuk dari adanya Sumber Daya Alam berupa minyak bumi sehingga membuat orang-orang berdatangan. Kota Abu Dhaby berkembang tidak hanya sebagai kota tambang saja, akan tetapi pada masa kini berkembang juga sebagai kota dengan aktivitas bisnis yang tinggi. Selain karena adanya potensi Sumber Daya Alam berupa minyak bumi, Kota Abu Dhaby juga terletak di jalur perdagangan dan pelayaran yang strategis sehingga menjadi salah satu kota pusat perniagaan di timur tengah selain kota Dubai yang merupakan kota lain di Uni Emirates Arab.
Berdasarkan bentuk kota menurut motivasi atau misi yang diemban, sudah jelas bahwa kota Abu Dhaby mempunyai visi sebagai kota organic dengan dilakukannya pembangunan embrio kota Masdar sebagai kota netral karbon. Sedangkan berdasarkan kategori periode, pada awalnya Kota Abu Dhaby merupakan kota pra industry dimana merupakan suatu kerajaan dan sebagai salah pusat penyebaran agama islam. Pusat kota Abu Dhaby dihuni oleh kaum bangsawan sedangkan kaum rakyat menghuni kawasan pinggiran kota. Kemudian berkembang menjadi kota industri setelah ditemukannya kandungan minyak bumi dan didirikan pertambangan minyak bumi di kota tersebut. Setelah adanya aktivitas pertambangan, perkembangan kota Abu Dhaby kian pesat karena kemampuan finansial yang dimiliki.
Kondisi iklim yang ekstrim berupa gurun menjadi kendala dalam pengembangan kota Abu Dhaby. Hal tersebut berkaitan dengan kebutuhan dasar seperti bahan baku pembangunan, bahan baku pokok masyarakat dan ketersediaan energi listrik. Akan tetapi dengan penggunaan teknologi yang maksimal kendala tersebut dapai diatasi. Bentuk bangunan di Abu Dhaby pada umumnya sangatlah megah, banyak gedung pencakar langit sebagai pusat perniagaan dan perkantoran. Pembangunan gedung pencakar langit juga digunakan untuk menampung penduduk yang berupa apartemen karena luas wilayah Abu Dhaby yang sempit. Hal tersebut bertujuan untuk melakukan efisiensi lahan yang terbatas. Oleh karena itu pertumbuhan penduduk sangat dikendalikan oleh pemerintah agar tidak terjadi overpopulation di Abu Dhaby.
Penduduk Abu Dhaby berasal dari kalangan pekerja tambang dan kalangan bangsawan karena bentuk negara yang berupa kerajaan. Dalam perkembangannya, penduduk Abu Dhaby tidak hanya sebagai pekerja tambang saja tetapi juga melakukan kegiatan perdagangan. Dari segi budaya, penduduk Abu Dhaby umumnya memilik kebudayaan yang seragam yaitu kebudayaan Arab. Penduduk Abu Dhaby yang jumlahnya relatif sedikit dibandingkan jumlah penduduk di kota-kota besar lain di dunia membuat meratanya nilai sosial masyarakat di kota tersebut. Dengan jumlah penduduk yang relatif sedikit dan kemampuan finansial penduduknya serta tingkat pendidikan yang tinggi membuat pemerintah dapat mengatur dan mengakomodir warganya sehingga di Kota Abu Dhaby tidak pernah muncul slum area maupun squatter area karena penduduk kota Abu Dhaby sangat menjaga ketertiban kota.